Suara Anak Nagari, Sumatera Barat

Mari bangkit basamo dan berbuat yang terbaik untuk pemenuhan hak-hak masyarakat korban bencana G 30 S 2009 Sumatera Barat, Anak Nagarilah ujung tombak perjuangan dan harapan rakyat ada dipundakmu...

The Great for Sumbar

Apo Kaba Dunsanak...???

Semoga blog ini dapat menjadi media untuk mengkomunikasikan kepada anda semua masyarakat Sumatera Barat, Indonesia dan Dunia Internasional, tentang realitas penangan kebencanaan Sumatera Barat, agar dapat menjadi bahan referensi bagi kita semua dalam menghadapi persoalan-persoalan kebencanaan di kemudian hari..

Kami berharap dapat menyajikan progress pembangunan karakter Anak Nagari Ranah Minang, bangkit mandiri untuk memperjuangkan hak-haknya..

Rabu, 03 November 2010

"Saripah -- Saripah" Pejuang

Mother how are you today

Mother how are you today, melantun dengan syahdunya, membuat aku teringat akan pertemuanku dengan seorang ibu, di sebuah Bank Pemerintah, yang berada di ibu kota Kabupaten Padang Pariaman, ibu itu bernama Saripah.

Dengan sangat jelas aku mengingat dan melafalkan nama beliau, walaupun pertemuan telah terjadi dua hari yang lalu. Mungkin itu biasa terjadi, karena pada pagi yang cerah itu, aku dan kedua temanku, pergi ke Bank milik Pemerintah tersebut untuk mengambil ATM kami yang
dijanjikan pada hari tersebut sudah selesai, namun kenyataannya belum selesai juga.

Sehingga kami harus antri untuk mengambil gaji / honor kami, secara manual ke kasir Bank tersebut. Pada saat itu, Ibu Saripah yang juga sedang gelisah menunggu nomor antriannya, tiba-tiba saja duduk tepat didepanku, aku melihat ada kegusaran yang tak biasa, yang tak dapat disembunyikan oleh ibu tersebut, sehingga memaksa aku untuk memulai perbincangan dengan ibu tersebut. Ada kerapuhan kebatinan tersirat di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan sikap ketegeran, untuk menutupi semuanya.

Setelah aku mulai bertanya-tanya akhirnya ibu itupun menceritakan tentang dirinya, kehidupannya, dan masalah yang sedang ia alami saat ini. Ibu Saripah, adalah janda satu anak, yang ditinggal oleh sang suami yang melarikan diri dari tanggung jawabnya, sebagai seorang suami dari isterinya dan sebagai seorang ayah dari anaknya, terlebih sebagai seorang imam yang membimbing spiritualitas setiap keluarganya. Rival, demikian ia memanggil anak laki-laki semata wayangnya, buah cintanya dengan seorang lelaki yang pernah begitu menyanginya, Rival kini duduk di kelas satu sekolah dasar.

Rival dibesarkan seorang diri oleh ibunya yang tegar itu, sejak umur dua tahun sudah ditinggal pergi tanpa pernah merasakan kasih sayang seorang ayah lagi. Penduduk pasar Padang Alai ini, ternyata masih tinggal ditenda hingga hari ini, di tenda tersebut ia dan anaknya tinggal dan membuat jualan kecil-kecilan, untuk dapat berjuang hidup. Pada saat terjadinya gempa September 2009 lalu, rumahnya hancur termasuk segala prabot dan isi rumah lainnya, karena rumahnya rubuh kearah dalam. Oleh karenanya, beliau harus membenahi dan melengkapi kembali segala perkakas dan kebutuhan lainnya, karena tak satupun benda dirumahnya yang telah runtuh tersebut dapat dipergunakan lagi.

Semula beliau membuka rekening di Bank tersebut, dengan tujuan menabung sedikit-sedikit dan juga untuk memudahkan sanak familinya yang ada dirantau kalau ada yang mau mengirim uang, untuk membantu kehidupan mereka. Melalui rekening tersebut, beliau sering mendapatkan bantuan uang dari Kakaknya yang berada di Jakarta, sejak keadaan mereka yang menjadi korban bencana gempa bumi sampai ke Jakarta. Namun, karena begitu banyaknya hal-hal yang harus dipenuhi pasca gempa bumi yang melanda mereka, seperti membeli peralatan rumah tangga seadanya, membiayai kebutuhan hidup
mereka berdua, membeli baju dan perlengkapan sekolah anaknya yang rusak akibat gempa, serta untuk modal usaha kecil mereka, dan keperluan lainnya, maka uangnya yang ada di rekening Bank tersebut sudah habis, hanya tersisa kurang dari seratus ribu rupiah.

Lantas aku bertanya pada beliau, kalau uangnya hanya tersisa seratus ribu rupiah lagi, tujuan ibu saat ini untuk apa ??? Apakah untuk mengambil kirman ??? Ibu Saripah menjelaskan, bahwa beliau ingin mengambil semua uangnya yang masih ada di rekeningnya dan menutup rekening tersebut, dimana uang tersebut akan beliau pergunakan untuk membeli kompor minyak tanah, menggantikan kompornya yang sudah rusak.

Akupun bertanya lagi, jadi kalau kakak anda yang berada di Jakarta hendak mengirim uang, kemana akan dikirimkan ??? Ibu tersebut menjawab dengan sangat sederhana : “Ya, ntar kalo kakak saya mau ngirimin uang biar lewat rekening tetangga saja, karena kompor ini sudah sangat mendesak sekali, kalo gak ada kompor beko ( nanti ) kami tidak bisa masak, lagian nabung di Bank ini sangat tidak sesuai bagi orang kecil seperti kami ini pak. Paling uangnya cuman ratusan ribu saja, sementara potongannya besar, ya akhirnya uang yang saya simpan lebih banyak kena potongan Bank”.

Bak tersayat sembilu rasanya batin ini mendengar penuturan ibu Saripah yang begitu sederhananya mengungkapkan tujuan dan alasan yang secara logika sederhana saja itu sangat masuk akal. Rambut yang dikepang dua, dengan pakaian sederhana dan tutur kata yang sangat sederhana, namun memiliki semangat perjuangan untuk melanjutkan kehidupan ini, pesan tersebut sangatlah kuat bagiku. Ditengah keterhimpitan ekonomi dan penanganan terhadap musibah bencana yang menghampirinya tidak kunjung mendapat perhatian serius dari pemerintah, ibu Saripah masih tetap memancarkan semangat perjuangan hidup yang kuat, tidak mudah menyerah dan tidak mudah meminta belas kasihan pada orang lain.

Kiranya itulah makna yang dapat kita petik dari sosok pejuang kehidupan yang masih mampu bertahan dalam kuatnya pusaran tekanan untuk tetap bertahan hidup, ditengah situasi yang dilanda bencana. Saya yakin dan percaya, ada begitu banyak Saripah-Saripah lainnya ditengah-tengah masyarakat korban bencana Sumatera Barat saat ini, yang sangat membutuhkan perhatian serius dari semua pihak, khususnya pemerintah. Karena pemerintah, bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan dan penghidupan seluruh Warga Negara Indonesia, termasuk dalam keadaan bencana, sesuai dengan amanat UUD 1945 Republik Indonesia.

With Love,
Anthony E S

Ditulis, Akhir bulan Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar